Toleransi atau tasamuh adalah harmoni dalam perbedaan, sehingga perdamaian itu menjadi mungkin. Begitulah kira-kira pikiran yang terlintas ketika mendengar PIF (begitu sebutan yang populer di kalangan siswa-siswi Padmanaba), event angkatan yang digerakkan oleh padz 76 untuk tahun ajaran 2018/2019.
Event yang diketuai oleh Padz 76 yaitu RBG M. Adryan Putra Adhy Wijaya (Bege, begitu sapaan kami biasanya) ini dilaksanakan dalam dua hari berturut-turut yaitu hari sabtu dan minggu pada tanggal 23-24 Maret 2019. Pada hari sabtu sederet perlombaan diadakan, diantaranya yaitu poster, MHQ, MTQ, menggambar, adzan, CCA, dan dongeng. Tablig akbar dilaksanakan pada hari minggu bersama Ustadz Fatan Fantastik (Muhammad Fatan Ariful Ulum, S. Psi) dengan tema kajian “Gaulnya Orang yang Beriman” dan Ustadz Okrizal (Dr. H. Okrizal Eka Putra, Lc, M. Ag) dengan tema kajian “Secarik Toleransi dari Hati Berempati”.
Semua warga sekolah, khususnya siswa-siswi Padamanaba sangat menyadari bahwa toleransi semakin mendesak untuk dibumikan dalam rangka mewujudkan koeksistensi, yaitu kesadaran hidup berdampingan secara damai dan harmonis di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang beragam. Salah satu upaya warga sekolah (dalam ruang lingkup yang lebih kecil yaitu sekolah) dalam membumikan toleransi adalah dengan adanya PIF ini.
Perbedaan suku, etnis, agama, dan budaya sama sekali tidak menjadi penghalang bagi para siswa untuk menghadirkan sikap kooperatif yang utuh agar event ini terlaksana dengan baik. Bekerja bersama satu angkatan tanpa memandang latar belakang apa pun. Mereka meyakini, bahwa sikap toleransi sudah sepatutnya dijunjung tinggi, sebab sikap toleransi hadir, tidak lain dan tidak bukan karena adanya rasa saling menghormati, penerimaan yang utuh, dan apresiasi yang tinggi terhadap keberagaman yang ada.
Sejalan dengan Konstitusi Madinah atau yang lebih populer dengan sebutan Piagam Madinah. Sebuah dokumen yang didalamnya memuat tentang nilai-nilai tasamuh yang sangat menyejukkan. Piagam Madinah disusun dengan sangat jelas oleh Rasulullah saw dalam rangka menghentikan pertentangan sengit antara Bani ‘Aus dan Bani Khazraj pada masa itu. PIF menjadi wadah bagi para siswa dalam rangka mengimplementasikan nilai-nilai tasamuh yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, boleh kita katakan bahwa keberlangsungan Bhineka Tunggal Ika dan tumbuh berkembangnya kesadaran akan pentingnya penerimaan terhadap keberbedaan tergantung pada sejauh mana toleransi yang diterima.
Teruntuk Padz 76 yang terkasih, banyak terimakasih yang terurai, sebab sudah sedemikian rupa mengusahakan setiap detail perkara sebaik mungkin, agar PIF ini berjalan lancar, teruslah berproses dan sukses selalu.
Kontributor :
Luthvi Arini, M.Pd.
Leave a Comment