Nama lengkapnya Ahmad Ataka Awwalurrizqi, seorang Padmanaba 65 (lulusan Padmanaba tahun 2010) yang dibesarkan di Banyuwangi, Jawa Timur, yang belakangan kian marak dibicarakan publik. Kiprahnya semakin memuncak setelah terdengarnya kabar keterlibatan beliau di proyek robot bedah Eropa. Apalagi, ia adalah satu-satunya orang Indonesia di proyek tersebut.
Proyek bernama STILL-FLOP ini bertujuan untuk mendesain sistem robotika untuk keperluan bedah di bidang medis. Dalam naungan program European Commission, proyek ini melibatkan 12 institusi dan juga para dokter bedah dari University of Torino dengan King’s College London sebagai koordinator.
Dikutip dari BBC Indonesia, tugas Ataka dalam proyek ini adalah mendesain suatu algoritma/cara agar robot yang fleksibel dan soft ini bisa bergerak secara otomatis untuk menghindari rintangan di sekitarnya menuju ke sasaran yang akan dituju, atau biasa dikenal sebagai motion planning. Dengan adanya proses automasi gerakan robot ini, proses bedah diharapkan akan lebih mudah dan lebih aman karena robot tidak akan menyentuh organ tubuh di sekitarnya sebelum mencapai daerah bedah yang dituju. Ia juga mengungkap pendapat dan harapannya kepada BBC Indonesia, yaitu “Sebagai satu-satunya orang Indonesia yang terlibat di dalamnya, termasuk menulis publikasi internasional sebanyak dan sebaik mungkin. Saya sadar bahwa itu tidak mudah, tetapi saya yakin dalam 20 tahun ke depan, banyaknya ilmuwan dan peneliti Indonesia yang sudah makan asam garam dunia penelitian dan berkolaborasi dengan peneliti-peneliti dunia saat ini,” tambahnya. Harapan ke depannya, kata Ataka adalah “Indonesia bisa menjadi bangsa yang berdaulat secara teknologi, khususnya di bidang robotika. Sudah saatnya manfaat teknologi robotika dinikmati oleh rakyat Indonesia.”
Di balik keterlibatan dan prestasi dalam proyek ini, jika kita tarik mundur, Ataka memang sudah mengukir banyak pencapaian tak hanya dalam bidang fisika saja. Ia adalah penulis beberapa novel dan pernah diundang menjadi tamu di Kick Andy, yang mana adalah hal sepele seperti menulis ketika menunggu ujian usai adalah yang membuatnya ‘keterusan’ menulis. Dan ini tak lepas dari kegemarannya membaca buku yang kebanyakan bergenre fantasi ketika ia menulis novel-novel tersebut layaknya Harry Potter atau Lord of the Rings.
Sedangkan dari kiprahnya dalam dunia fisika yang bermula pada kesukaannya akan matematika namun ‘terjerumus’ ke fisika yang ia tekuni seterusnya. Terbukti ketika ia denggan bangga meraih medali perunggu pada 2008, medali emas nasional pada 2009, medali perunggu tingkat Asia pada 2010, serta medali perak di olimpiade internasional 2010, semuanya dalam bidang Fisika.
Leave a Comment