Oleh: Radaeva Errisya Syam
Sudah lebih dari satu tahun pandemi menerpa Indonesia. Selama itu pula Syam (51), seorang pelaku usaha mebel kayu kecil-kecilan, meringis akan jumlah pemasukan bersihnya yang tak seberapa. Setiap hari warungnya sepi dan hanya dihiasi oleh tumpukan mebel dan bising suara amplas.
Syam adalah pelaku usaha yang menjual berbagai macam mebel berbahan jenis kayu sejak tahun 2016. Saat ini (2021), ia memiliki 9 tukang kayu yang bertugas membuat mebel dan memoles hasil akhir mebel. Meskipun memiliki tukang, Syam tetap membantu pekejaan kecil seperti mengamplas, mengukur, dan memotong kayu. Hal ini ia lakukan demi memperkecil pengeluaran dan mempersingkat waktu pengerjaan.
Tepat sebelum pandemi, Syam baru saja meluncurkan cabang baru dengan tempat lebih luas. Warung lamanya yang hanya memiliki ukuran 6×20 meter tampak sesak ketika dipenuhi dengan mebel-mebel. Oleh karena itu, Syam memutuskan membuka warung di tempat yang lebih luas. Walaupun, warung itu masih beratap seng dan berdinding kayu, setidaknya pelanggan-pelanggan Syam dapat melihat dagangannya dengan leluasa.
Sayangnya, warung yang ia harapkan akan penuh dengan pelanggan malah sepi akibat adanya PPKM. PPKM sangat berimbas pada intensitas pelanggan Syam. Jangankan membeli, pelanggan yang masuk dan melihat-lihat saja sudah jarang. Sebagai pengusaha kecil yang tidak memiliki tabungan, situasi ini serasa mencekik dirinya.
Profit usaha Syam menurun hingga 50%. Syam hampir tidak mampu memberi upah tukang-tukangnya dengan profit 50% tersebut. Dengan beban nasib 9 orang tukang di punggungnya, Syam pun memutuskan selama ada pembeli yang mau membeli barang bahkan jika ia tidak untung atau bahkan rugi ia akan menjualnya. Tak jarang ia menjual dengan harga rugi untuk stok barang lama. Profit tertinggi Syam didapat dari pemesanan custom. Namun, pemesanan custom dari pelanggan biasanya memiliki desain yang rumit dan batas waktu yang pendek. Tidak jarang Syam dan tukang-tukangnya mengerjakan pesanan custom para pelanggan hingga tengah malam. Pada minggu-minggu sibuk Syam tidur hanya 4 jam sehari.
Meskipun jumlah pelanggan dan keuntungan berkurang drastis, Syam kukuh tidak menngurang gaji dan hak-hak tukangnya. Syam berkata bahwa tukang-tukangnya juga butuh keluarga untuk dinafkahi tidak mungkin baginya untuk mengurangi gaji atau bahkan merumahkan mereka. Menurut Syam tukang-tukangnya terpercaya dan ahli, oleh karena itu ia sangat menghargai mereka.
Untuk menambah tingkat penjualan, Syam sempat berpikir untuk menjual produknya secara online di market place. Namun, karena tidak ada orang khusus yang dapat memantaunya dan persaingan harga dunia online yang sangat ketat, Syam memutuskan untuk tidak melakukannya.
“Kami lebih suka melayani dan menjelaskan produk kami secara detail dan langsung pada orang-orang yang mendatangi kita. Karena orang online kebanyakan bandingin harga dan tidak bisa melihat kualitas secara langsung” ucap Syam. Hal ini ia katakan karena 95% orang-orang yang mendatangi mereka secara online tidak dapat mencapai kesepakatan.
Pandemi sangat memengaruhi usaha kecil Syam. Syam pun berharap agar pandemi cepat berakhir. Jika pandemi tidak segera berakhir, ia berharap pemerintah memberikan kebijakan yang berpihak kepada para pelaku usaha kecil dan menengah.
#FestivalLiterasiSiswaIndonesia #FELSI2021
Leave a Comment