Pandemi Covid19 pada tahun 2020 memberikan dampak negatif bagi banyak sektor di Indonesia. Kelumpuhan dan keterbatasan operasional beberapa sektor mengakibatkan permasalahan ekonomi yang pelik. Dunia pendidikan pun turut merasakan dampaknya. Perubahan konsep kegiatan belajar mengajar yang semula tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh atau online learning cukup menyulitkan banyak pihak. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran jarak jauh bukan tanpa masalah, banyak faktor yang menghambat efektivitas terlaksananya. Selain itu, ketidaksiapan mental sumber daya manusia dalam menghadapi fenomena ini perlu menjadi perhatian khusus. Siswa, tenaga pendidik, dan orangtua memerlukan pengelolaan yang baik untuk beradaptasi dengan sistem yang baru ini. Tenaga pendidik memiliki peran penting dalam memimpin pembelajaran jarak jauh. Terkait dengan hal tersebut, guru sebagai tenaga pendidik terus mengasah diri dalam menyediakan pembelajaran yang bermakna. Berbagai perencanaan dan strategi diupayakan demi menciptakan kegiatan pembelajaran jarak jauh yang kondusif.
Pada perkembangannya, pembelajaran jarak jauh yang berkepanjangan menimbulkan kejenuhan bagi siswa sehingga penyampaian materi menjadi tidak maksimal. Selain itu, pengawasan guru terhadap keberhasilan proses pembelajaran menjadi terbatas. Mengevaluasi kondisi ini, kelas Bahasa Indonesia melakukan variasi terhadap penyampaian materi, latihan, penilaian, evaluasi, hingga pengayaan. Dalam penyampaian materi, Google Classroom digunakan sebagai ruang untuk mem-posting materi-materi yang telah disusun, seperti power point, modul, resume, dan lain sebagainya. Meskipun Google Classroom telah digunakan sebelum adanya pembelajaran jarak jauh, namun Google Classroom masih menjadi ruang yang efektif dan efisien untuk men-share materi maupun latihan. Banyak fitur yang dapat digunakan dalam Google Classroom, antara lain ruang men-share materi, ruang untuk forum diskusi, ruang latihan soal, serta ruang untuk kuis. Dalam menjelaskan materi, kelas Bahasa Indonesia sering menggunakan Google Meet. Dengan Google Meet, guru bisa menayangkan materi yang akan tampil di laman siswa.
Selain itu, kelas Bahasa Indonesia memanfaatkan media sosial Instagram untuk mengumpulkan hasil praktik siswa, untuk kuis, dan untuk memberikan announcement. Media sosial Instagram merupakan media sosial yang sering digunakan siswa, bahkan seluruh siswa mempunyai akun Instagram. Selain mudah, siswa menjadi lebih tertarik mengikuti pembelajaran melalui media sosial ini. Hasil praktik siswa yang telah diunggah akan menjadi inspirasi bagi siswa lain untuk belajar sepanjang hayat. Banyak siswa yang menyatakan senang belajar melalui media ini. Media sosial yang biasanya digunakan untuk kepentingan pribadi dan bisnis dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran. Manfaat lain menggunakan media sosial sebagai media pengumpulan hasil praktik yaitu memberikan pembelajaran jurnalistik. Siswa tidak hanya sekadar mengunggah, tetapi belajar bagaimana menyusun redaksi dan mengemas konten yang memiliki value.
Tugas dan praktik yang diberikan pada siswa merupakan aspek penting yang memengaruhi antusias siswa dalam mengikuti dan menyelesaikan pembelajaran. Tugas dan praktik yang inovatif akan membuat siswa menjadi kreatif. Dalam hal ini, kelas Bahasa Indonesia melakukan penugasan dan praktik ‘kekinian’ tetapi tetap berpedoman pada kompetensi dasar yang diacu . Misalkan dalam materi drama, siswa berpraktik virtual drama dengan membuat challenge akting, kostum, dan makeup yang sesuai tokoh (dapat dilihat dalam akun Instagram bindlinguis dengan hastag #padzbindo #padmanaba76 #bindlinguis); pada materi puisi, siswa berpraktik mendemonstrasikan puisi dalam bentuk video visualisasi puisi (dapat dilihat dalam akun Instagram bindlinguis dengan hastag #bindlinguis #padzbindo #bahasaindonesiapadz77).
Kondisi krisis ini memberikan hikmah bahwa pembelajaran dapat terjadi dalam situasi apa pun dan di mana pun. Pengelolaan kegiatan pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan visioner dapat menciptakan suasana belajar yang baik. Secara tidak langsung, guru mampu menanamkan karakter-karakter unggul pada siswa dengan cara yang atraktif. Dengan begitu, pendidikan tidak hanya sekadar perencanaan tetapi lebih pada wujud nyata atau aktualisasi yang berimbas pada tercapainya cita-cita pendidikan sebagai salah satu sarana mengestafetkan peradaban yang lebih baik kepada generasi selanjutnya.
Kontributor: Restituta Devi Pramesti, S.Pd.
Editor: Annisa Mayasari, S.Pd.
Leave a Comment