Saya dulu selalu merasa bahwa kesiapan itu adalah sebuah perasaan di dalam diri, atau sebagian orang menyebutnya “gut feeling”. Sebagai manusia, sudah alami jika kita ingin berada di zona nyaman. Bagi saya, saat-saat di Padma-lah yang menantang arti sebuah “kesiapan” bagi saya. Saya mulai belajar keluar dari zona nyaman dengan mengikuti lomba-lomba dan organisasi hingga menyadari bahwa kesiapan bukanlah tentang perasaan, tapi sebuah keputusan.
Saya bukanlah orang yang selalu rajin mengikuti lomba dan bersemangat mendapatkan ranking di kelas. Sebaliknya, masa-masa SD saya tidaklah menonjol. Saya bisa dibilang hanya ‘average-type student’; belajar seperlunya dan berkegiatan seperlunya. Ketika UN pun, nilai saya tidaklah tinggi, hanya rata-rata saja. Namun, ketika SMP, saya baru pertama kali merasakan berada di ranking pertama kelas. Saya saat itu pun merasa kaget dengan hasil belajar saya. Setelah melihat kembali ke momen tersebut, keberhasilan tersebut sebenarnya berkat mindset shift yang saya lakukan dengan tidak sengaja. Saya mulai menikmati proses belajar dan ketika ujian pun saya tidak menganggap bahwa tujuan ujian adalah untuk menguji kemampuan diri, tapi untuk mengetahui apakah materi yang diajari sudah saya pahami dengan baik. Saya juga menganggap kesalahan bukanlah sesuatu yang buruk, tapi sesuatu untuk dipelajari. Mindset inilah yang membawa saya ke SMAN 3 Yogyakarta dengan jalur prestasi.
Sebenarnya stereotype kalau anak Padmanaba rajin dan pintar memang sudah sangat dikenal masyarakat umum, termasuk saya yang saat itu baru saja keterima di SMAN 3 Yogyakarta. Saya sangat senang keterima di Padmanaba, tapi ada rasa insecure baru; Saya merasa takut tidak bisa mengikuti kemampuan akademik teman-teman yang secara nilai ASPD lebih tinggi dari saya. Hal ini karena dalam list PPDB jalur prestasi, urutan saya tidak termasuk urutan atas, bahkan saya bisa masuk ke jalur prestasi karena ada tambahan kuota dari jalur afirmasi yang tidak terpakai. Kalau tidak ada tambahan kuota, saya dan teman-teman lain mungkin tidak bisa masuk ke SMAN 3 Yogyakarta. Karena rasa insecure ini, saya langsung merencanakan jadwal belajar dan aktivitas ekstrakurikuler apa saja yang akan saya ambil.
Saat pandemik, saya sering sekali menghabiskan waktu menonton YouTube, terutama chanel seperti Business Insider, Tech Insider, CNBC Make It, Ted-talk, dan Gita Wirjawan. Mereka biasanya menghasilkan konten terkait inovasi teknologi. Mulai dari situlah saya ingin berinovasi dan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat. Oleh karena itu, saya mengikuti klub KIRPAD (Karya Ilmiah Remaja Padmanaba). Saya ingat saat pertama kali pertemuan KIRPAD di Laboratorium Biologi dengan Pak Didik untuk belajar mikroskop. Di situlah saya mulai berkenalan dengan rekan klub dan kebetulan ada Rifky yang merupakan teman sekelas saya. Karena sudah lebih kenal daripada teman lainnya, saya memutuskan untuk mengajak Rifky menjadi partner penelitian saya.
Selain KIRPAD saya juga mengikuti klub PEDES (Padmanaba English Debating Society) karena menurut saya skill komunikasi, critical thinking, dan peka isu sosial merupakan hal yang sangat penting di era sekarang. Saat itu, PEDES diajar oleh Kak Noel dan saya selalu semangat ketika mulai kelas karena sering meliput isu-isu sosial. Karena saya belum berani mengikuti organisasi OSIS dan MPK, dua klub itu adalah kegiatan nonakademik saya di sekolah saat kelas 10.
Kegiatan di luar kelas saya saat kelas 10 bisa dibilang penuh dengan les dan menulis proposal penelitian. Saya dan Rifky sangat ingin memenangkan lomba penelitian, kami pun saat itu aktif Google Meet untuk membahas ide penelitian yang bisa kami lakukan. Seingat saya, kami pasti Google meet setidaknya seminggu tiga kali ketika awal-awal mencari ide. Saya biasanya mencari ide dari menonton YouTube terkait inovasi-inovasi yang ada sekarang melalui channel seperti Tech Insider. Jika merasa tertarik, saya coba mengembangkan inovasi tersebut dengan membaca jurnal-jurnal. Setelah beberapa waktu mencari ide, kami mendapatkan ide pertama kami, yaitu membuat isolat protein dari Azolla pinnata. Kami menggunakan ide tersebut di program Survival Game yang diselenggarakan oleh OSIS Bidang 9 di ruang AVA karena saat itu isu stunting mulai marak di media massa. Setelah beberapa revisi, kami memasukkan proposal ide tersebut untuk OPSI.
Waktu kami dalam masa menunggu hasil kelolosan proposal, kami mendapat pengumuman lomba KIR oleh PT Astra Honda Motor. Menurut saya, daripada hanya menunggu, lebih baik kita juga mengikuti lomba ini dengan model penelitian yang sama tapi mengubah variabel Azolla pinnata menjadi biji kapuk. Sebenarnya, lomba AHM ini bukanlah tujuan utama kami. Kami masih berharap bisa lolos OPSI. Jika kami tidak lolos, setidaknya punya prestasi lain.
Di saat yang bersamaan pula, Miss Indah menawarkan saya untuk mengikuti World Youth Meeting (WYM), semacam konferensi inovasi yang diselenggarakan Nihon Fukushi University dan Ritsumeikan University. Saya pun menyetujui untuk ikut konferensi tersebut bersama Mbak Ceri, Mas Reda, dan Mas Biyu. Kami juga sudah sempat mengikuti bimbingan pertama dengan Kak Filolita Prasetya yang saat itu merupakan mahasiswa baru ilmu Hubungan Internasional UGM.
Untuk mempersiapkan AHM, kami membuat proposal ulang dan presentasi proposal, kami pun dinyatakan lolos tahap awal. Selanjutnya, kami melaksanakan penelitian dan mempersiapkan presentasi hasil. Saat itu pertengahan tahun 2022 dan sekolah sedang libur akhir semester. Di saat yang bersamaan saya harus ke Jakarta untuk membuat KTP dan SIM. Oleh karena itu, kami membagi tugas agar tetap bisa menyelesaikan tepat waktu. Rifky menghabiskan liburannya di Laboratorium Kimia dengan bimbingan Bu Hanun, sedangkan saya mencicil mengerjakan proposal dan presentasi. Saya juga membaca bahan materi yang diperlukan untuk WYM. Saya mencari ide inovasi yang relevan dengan Sustainable Development Goals UN sebagai bahan presentasi tim di WYM.
Setelah selesai liburan, saya melanjutkan persiapan lomba, baik AHM maupun WYM. Untuk AHM, hal yang sangat menguras tenaga adalah menggunakan alat sentrifugasi manual untuk menghasilkan isolat protein. Kami harus memutar alat tersebut selama 20 menit setiap sesinya. Kami juga mengalami kendala di mana hasil organoleptiknya tidak sesuai. Namun, di balik kendala tersebut, kami lolos ke tahap selanjutnya.
Demikian juga untuk WYM, tim kami melakukan pertemuan tiap minggu untuk membahas ide yang akan dipresentasikan. Kebetulan tim kami disatukan dengan tim asal SMA Ritsumeikan Jepang dan sebagai tim besar yang berisikan 7 orang, kami harus mampu bekerja sama dengan segala perbedaan bahasa dan budaya. Kami melakukan berbagai brainstorming dan satu ide muncul dari Reda. Dia mengusulkan untuk membuat website yang bisa menghubungkan hasil penelitian dan inovasi siswa dengan para pemilik bisnis serta pemerintah. Setelah mendengar ide tersebut, kami langsung merasa bahwa ide tersebut bisa memenangkan konferensi. Kami pun mengkomunikasikan dengan rekan tim Jepang kami dan bekerja sama membuat website serta presentasi.
Setelah melihat pada saat-saat tersebut, dapat dikatakan hal itu merupakan masa produktif berprestasi saya. Tim Padmanaba dan SMA Ritsumeikan berhasil memenangkan Grand Prize dan Platinum Prize di World Youth Meeting 2022 berkat ide website yang bernama ‘Ritsunaba’.
Beberapa minggu kemudian, saya dan Rifky juga berhasil diundang ke final AHM. Sebagai ketua kelompok, saya melakukan presentasi secara online di depan 3 panelis. Sebenarnya setelah presentasi, kami merasa sedikit pesimis dan kami merasa kalaupun nanti menang, mungkin dapat perak atau perunggu. Namun, alhamdulillah kami berhasil mendapatkan medali emas di kategori kami, yaitu kategori ide.
Selain itu, saya juga memberanikan diri untuk mendaftar sebagai koordinator bidang 6 OSIS dan setelah wawancara dengan pengurus harian, saya mendapat amanah untuk menjadi koorbid.
Setelah beberapa minggu berlalu, ada pengumuman terkait Beasiswa Indonesia Maju di grup angkatan. Saya merasa tertarik dan mengirimnya ke grup keluarga. Sebenarnya saya tidak mengincar kuliah di luar negeri, tetaapi tidak ada salahnya mendaftar karena kesempatan tidak akan datang dua kali. Kurang dari seminggu penutupan pendaftaran BIM, saya pun melakukan tes TOEFL PBT dan mendaftar BIM. Setelah itu, saya melakukan kurasi prestasi karena kedua prestasi saya tidak diselenggarakan oleh Puspresnas. Setelah sekitar sebulan kemudian, saya lolos ke tahap wawancara dan tes wawasan kebangsaan. Sesudah wawancara dan tes, pengumuman BIM keluar di sore tanggal 24 Desember 2022. Sejak saat itulah perjalanan baru akan segera muncul di hadapan saya.
Pada awal tahun 2023, BIM mengadakan berbagai rangkaian webinar universitas untuk lebih membuka wawasan terkait universitas yang sekiranya cocok dengan kami. Awalnya, saya mengincar kuliah di Singapura, Korea Selatan, Jepang, dan Australia. Namun setelah beberapa webinar, saya memutuskan untuk tidak mengincar kuliah di Jepang. Pada sekitar bulan Februari, terdapat sosialisasi Summer Program yang diadakan BIM. Saya pun berhasil mendapatkan Summer Program di NUS dengan topik AI for Community Impact. Saya mendaftar Summer Program tersebut dengan menulis esai terkait ide saya untuk memanfaatkan AI di bidang kewirausahaan. Sebagai koordinator bidang 6, saya ingin membantu siswa Padmanaba dapat berinovasi memanfaatkan AI dan business skill secara bersamaan.
Kebetulan Summer Program dilaksanakan saat libur pertengahan tahun, jadi saya tidak ketinggalan pelajaran. Di sana, saya belajar machine learning, computer vision, dan public policy oleh profesor-profesor terbaik dunia. Kegiatan kami saat itu sangat padat, dengan belajar di pagi hingga siang hari dan beraktivitas pengabdian sosial di sore hingga malam hari. Salah satu yang sangat terkenang sampai saat ini adalah ketika kami melakukan veggie rescue di daerah Little India. Kegiatan tersebut merupakan aksi pengumpulan sayur-sayuran dan buah yang tidak laku terjual di pasar malam. Kami mengumpulkannya untuk disumbangkan ke panti terdekat untuk dimasak.
Saya juga ingat sekali ketika saya dan teman-teman pergi hunting oleh-oleh di Mustafa hingga malam hari dan terpaksa makan di resto India terdekat. Dengan berlarian, kami mengejar bus NUS yang beroperasi terakhir pada malam itu dan syukurnya kami berhasil kembali ke asrama College of Alice Peter Tan tanpa harus jalan berkilometer. Saya juga sangat terkesan ketika mengunjungi Singapore National Museum dan melihat banyak lukisan asal Indonesia. Karena keterbatasan waktu, kami tidak bisa berlama-lama di sana. Setelah pulang dari NUS, kami diberi tugas untuk membuat esai dan presentasi pengalaman. Mulai saat itu juga saya menetapkan NUS atau NTU sebagai dream school saya. Saya sangat ingin kuliah di Singapura setelah merasakan lingkungan kuliah mereka.
Setelah kembali ke Yogyakarta, saya sudah memasuki kelas 12. Saya juga sudah fokus mempersiapkan SNBT. Namun, terdapat satu rangkaian besar proyek BIM yang harus saya selesaikan. Kami diberi arahan untuk membuat proyek sosial. Saya, Kana, dan Radhya pun memutuskan untuk menjadi satu tim agar memudahkan komunikasi proyek kami. Kami melakukan banyak Google Meet dan pertemuan hingga akhirnya Kana menyampaikan idenya yang menarik. Kami akhirnya setuju untuk membuat Pustakita.co, sebuah website donasi buku di mana semua orang bisa memilih buku hasil donasi secara gratis. Selain proyek tersebut, kami juga ada tambahan pembinaan IELTS dan SAT. Karena jadwal saya ini, saya sering meninggalkan les SNBT saya. Saya juga harus izin sekolah ketika tes IELTS, SAT, dan gelar karya. Gelar karya merupakan puncak dari kegiatan proyek sosial di mana kami dapat mempresentasikan proyek kami dan pitch ke donatur potensial.
Pada awal tahun 2024, saya mendapat jatah eligible SNBP. Saya dan teman-teman BIM lainnya pun memutuskan untuk ikut SNBP karena beasiswa BIM masih dalam tahap seleksi dan belum tentu mendapatkannya. Di saat yang bersamaan, saya juga mempersiapkan SNBT dan pendaftaran universitas luar negeri. Saya mendaftar di NUS, NTU, KAIST, University of Sydney, University of Queensland, Australian National University, dan Monash University. Selama bulan Februari hingga Mei, saya menunggu hasil dari semua aplikasi universitas. Saya menghadapi banyak kebahagiaan dan juga kekecewaan dari hasil aplikasi saya. Saya tetap bersyukur walaupun saya tidak mendapatkan dream school saya, yaitu di NUS dan NTU. Akhirnya saya mengikuti seleksi Beasiswa Indonesia Maju gelombang 2 dan akhirnya mendapatkan Letter of Statement jaminan beasiswa di University of Sydney.
Hal yang sangat saya kenang dari perjalanan SMA saya adalah untuk memberanikan diri keluar dari comfort zone. Saya saat kelas 10 mencoba ikut lomba-lomba walaupun saat SMP saya belum pernah berinisiatif sendiri ikut lomba. Saat kelas 11, saya yang awalnya tidak mau mengikuti organisasi karena takut kompromi dengan aktivitas akademik saya, akhirnya saya bisa memberanikan diri menjadi koordinator bidang OSIS. Saya bahkan bersyukur saya memutuskan untuk ikut OSIS. Jika saya tidak ikut OSIS, saya tidak bisa mendapatkan ilmu leadership, problem solving, dan berorganisasi. Ilmu-ilmu tersebut sangat penting saat kita sudah terjun ke dunia luar.
Selain itu, saya juga belajar untuk berani mengambil kesempatan yang ada. Kesempatan itu tidak datang dua kali. Awalnya, saya hanya coba-coba ikut lomba AHM, ikut konferensi WYM, dan beasiswa BIM. Kesempatan kecil seperti itu bisa membawa kita ke jalan hidup yang berbeda. Bagi saya, mengambil kesempatan itu bisa membawa saya bertemu teman-teman calon pemimpin bangsa dan beasiswa full-ride kuliah di universitas terbaik dunia serta tentunya pengalaman berharga yang tidak bisa dibeli. Terakhir, saya juga belajar untuk enjoy the process. Saya tidak berorientasi pada hasil ketika ikut lomba-lomba dan BIM. Menurut saya, menghargai proses lebih penting untuk self-development dan membangun growth mindset.
Terakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman dan guru Padmanaba. Saya ingin khususnya berterima kasih kepada:
1. Bu Hanun yang telah membimbing lomba AHM kami.
2. Rifky yang telah menjadi partner penelitian selama 2 tahun.
3. Miss Indah yang telah mengajak saya ikut konferensi WYM.
4. Kak Filo, Reda, Ceri, dan Biyu yang telah bersama berjuang di WYM.
5. Gladys, Kalya, Anis, Kayla, dan Sesi sebagai partner bidang 6.
6. Pak Lana, Bu Septi, dan Bu Fitri yang telah membimbing pendaftaran kuliah saya.
7. Pak Deden yang telah menulis surat rekomendasi untuk KAIST.
8. Bu Ainun yang telah membantu semua administrasi untuk lomba dan BIM.
Tak lupa juga untuk Kana dan Radhya yang telah menjadi teman seperjuangan selama 1,5 tahun terakhir. Terima kasih Padmanaba, di sinilah rumah yang telah memprogres saya menjadi Vania yang saat ini.
Daftar kampus yang menerima Vania:
1. University of Sydney – Bachelor of Advanced Computing
2. Australian National University – Bachelor of Advanced Computing
3. University of Queensland – Bachelor of Engineering
4. Monash University – Bachelor of Engineering
Kontributor: Vania Halya Dewi
Editor: Restituta Devi Pramesti
Leave a Comment