Padmanaba Hiking Club atau yang lebih umum dikenal PHC tak pernah berhenti mengeksplorasi keindahan dan kekayaan alam Indonesia, tak lupa juga membaktikan diri mereka kepada kebersihan alam. Seperti sebongkah cerita Sembilan belas orang dari mereka di ekspedisi pada 29 Desember yang lalu menuju Baluran.
Kisah perjalanan dibuka dengan keberangkatan pukul 07.15 dengan menaiki kereta Sri Tanjung kelas ekonomi yang ternyata adalah perjalanan panjang hingga sampai di stasiun pukul 09.15 malam. Begitu sampai dan melaksanakan ibadah sholat, mereka keluar dari stasiun, menggelar matras di depan stasiun. Tidur bergantian sudah pasti dilakukan, namun beberapa dari mereka masih sibuk dengan beberapa hal. Seperti Asta dan Aya yang mencari transportasi menuju Baluran namun mendapat harga yang lumayan melangit maupun Almas, Mutia, Dama dan Bagas yang mencari makan serta sekalian mencari transportasi yang lebih murah.
Setelah mendapatkan trasnportasi yang pas di kantong, segera mereka menuju Baluran pada pagi harinya yang mengantarkan mereka ke kantor petugas Baluran. Para petugas menjelaskan tentang Baluran secara luas, dan juga menunjukkan beberapa foto selagi mereka menunggu truk untuk sampai di penginapan. Perjalanan menuju penginapan pun tak terasa membosankan ketika pemandangan akan zona evergreen, Sabana Bekol, dan juga Pantai Bama. Di penginapan, acara terus mengalir dari bersih pantai, stargazing, sampai PHC Time.
Ketika mengeksplorasi Baluran lebih dalam di hari selanjutnya, mereka bertemu kembali dengan petugas yang menjelaskan lebih detail tentang Baluran dan bagian-bagiannya yaitu taman nasional, gunung, sabana dan juga pantai yang memiliki pohon mangrove terbesar se-Asia dengan keliling batang 9 meter. Banyak sekali hal yang dieksplor oleh mereka, termasuk jalur berbahaya dan binatang yang agaknya ‘tak biasa’ untuk ditemui. Dengan jalur kembali yang cukup berbahaya karena menemui beberapa binatang buas, hingga melihat putting beliung dari kejauhan, sampai ketika salah satu dari mereka kram ketika sedang berada agak jauh dari garis pantai, dengan kaki terbenam di air laut. Selain eksplorasi, tentu saja makan adalah bagian penting. Apalagi, pada malam tahun baru mereka memutuskan untuk bakar-bakaran bakso sembari mengobrol dimana Januari mereka dimulai dengan menonton sunrise yang disebut-sebut terindah di pulau Jawa.
Almas bercerita bahwa pengalaman yang didapat dari ekspedisi kali ini sungguh luar biasa, tentunya ketika mengingat banyak mengenal orang-orang baru dari berbagai macam latar belakang dan profesi disini. Ia bilang yang cukup berkesan adalah ketika mereka sedang birdwatching, namun ketika akan kembali menemui tanaman-tanaman yang cukup lebat sehingga jalan buntu, mereka menemui lutung yang disana adalah mangsa macan. Pikiran mereka semakin was-was setelah melihat tulang belulang yang nampak baru saja dimakan. Bergegas saja, mereka pergi mencari jalan demi keluar secepatnya. Beruntung, tak kurang suatu apa mereka berhasil kembali dan menunggu transportasi yang akan mengantar mereka kembali pulang.
Leave a Comment